Rabu, 14 Desember 2022
BERTEMU ANGGIA ERMA RINI SABTU, 10 DESEMBER 2022 DI CROWN
Sabtu, 10 Desember 2022
Segitiga Restitusi
SEGITIGA RESTITUSI
Diane Gossen dalam bukunya Restitution; Restructuring School Discipline, (2001) telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle.
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita harus meyakinkan si anak, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini:
- Berbuat salah itu tidak apa-apa.
- Tidak ada manusia yang sempurna
- Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
- Kita bisa menyelesaikan ini.
- Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
- Kamu berhak merasa begitu.
- Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?
Lima Posisi Kontrol Guru
Lima Posisi Kontrol
Teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada
5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam
melakukan kontrol.
Kelima posisi kontrol tersebut adalah (1) Penghukum, (2)
Pembuat Rasa Bersalah, (3) Teman, (4) Pemantau dan (5) Manajer.
Penghukum
Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun
verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan
bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid
lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:
“Patuhi aturan saya, atau awas!”
“Kamu selalu saja salah!”
“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”
Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar
pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.
Penghukum (Nada suara tinggi, bahasa tubuh: mata melotot,
dan jari menunjuk-nunjuk menghardik):
“Terlambat lagi, pasti terlambat lagi, selalu datang
terlambat, kapan bisa datang tepat waktu?”
Tanyakan kepada diri Anda:
Bagaimana perasaan murid bila guru berbicara seperti itu
pada saat muridnya datang terlambat?
Hasil:
Kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif.
Bisa jadi sesudah kembali duduk, murid tersebut akan mencoret-coret bukunya
atau meja tulisnya. Lebih buruk lagi, sepulang sekolah, murid melihat motor
atau mobil bapak/ibu guru dan akan menggores kendaraan tersebut dengan paku.
1.4.a.4.4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
1.4.a.4.4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
Saat ini orang yang paling penting dalam kehidupan saya
adalah anak karena mereka berdua adalah masa depan saya.
Nilai kebajikan yang terpenting dalam kehidupan saya adalah
saya dan anak saya bisa menjadi manusia berguna bagi masyarakat, bangsa dan
negara.
Karakter yang paling saya inginkan adalah sabar. Saya bisa
bersabar menghadapi cobaan apapun dan sabar dalam menghadapi siapapun termasuk
siswa didik saya dan masyarakat sekitar, juga semua orang yang berhubungan
dengan saya. Kehidupan semakin rumit, jalan keluarnya adalah sabar dan tawakal.
Pencapaian yang saya banggakan adalah saya berhasil
menguasai suatu ilmu dan berguna bagi orang lain. Yang terpenting adalah saya
bisa membuat anak-anak saya berguna bagi nusa bangsa dan agamanya.
Pekerjaan ideal bagi saya adalah guru. Namun guru juga harus
bersabar. Sabar menghadapi siswanya, sabar menghadapi system. Sabar menunggu
sertifikasi.
Titik puncak kehidupan saya adalah saat saya mendapatkan
penghargaan guru berprestasi Kabupaten Tulungagung di tahun 2017 dan 2019. Juga
saat saya menjalani pengimbasan Google Master Trainer tahun 2021.
Yang paling bermakna dalam hidup saya adalah saya bisa
membuat ibu saya bangga dan bahagia. Namun itu semua sudah berakhir. Ibu saya
sudah tidak ada.
Jumat, 09 Desember 2022
JURNAL MINGGUAN AKSI NYATA 1.3.A.9 VISI GURU PENGGERAK
Jum'at, 9 Desember 2022
Hari ini siswa saya mengikuti ujian akhir semester ganjil, hari ke-5. Mata pelajaran yang diujikan adalah Matematika. Siswa dengan tertib memasuki ruangan tepat waktu sesuai jadwal ujian. Untuk kelas IX ujian dimulai pukul 07.00 sampai 08.30. Sedangkan untuk kelas VII dan VIII siswa memasuli ruang ujian pukul 08.45 tepat. Siswa belajar dengan tertib di kelasnya.
Rabu, 07 Desember 2022
Jurnal Dwi Mingguan 7 Desember 2022
Jurnal Dwi Mingguan CGP 7
MODEL
2 (DEAL)
TRIK UNTUK YANG SUKA MEMBOLOS DI JAM PELAJARAN
Description:
Akhir-akhir
ini siswa saya sering ijin dari kelas saat pembelajaran berlangsung. Ijinnya ke
toilet, tetapi rame-rame ada 10 siswa. Ada guru lain yang melihat mereka ke
kantin dan sarapan.
Examination:
Menurut
saya, ini adalah gejala penurunan disiplin belajar siswa. Siswa menjadi tidak
disiplin saat belajar di kelas dan meninggalkan kelas untuk makan di kantin.
Selama ini saya sudah membuat mereka sibuk dengan banyak tugas, namun Bahasa
Inggris adalah pelajaran mudah bagi sedikit siswa sehingga mereka menyelesaikan
tugas (exercises) dalam waktu singkat sehingga mereka mempunyai waktu luang
ebih untuk mengerjakan yang lain. Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang
sulit bagi banyak siswa, sehingga mereka membutuhkan waktu lama untuk
mengerjakan tugas. Ini menjadi ketimpangan yang menyebabkan murid menjadi tidak
disiplin belajar.
Articulation of Learning:
Rencana
saya saya akan membangkitkan kembali disiplin belajar mereka.Hal-hal yang akan
saya lakukan adalah membentuk kelompok belajar dan meminta siswa saya untuk
melakukan presentasi kelompok di depan kelas. Saya yakin ini akan membuat
mereka cukup sibuk sehingga tidak ada kesempatan bagi mereka untuk keluar kelas
saat pelajaran berlangsung.
Di
lain waktu saya akan mengadakan tes lisan dengan menanyai anak satu per satu.
Ini akan membuat mereka hafal dengan materi pelajaran dan saya juga bisa
mengecek pemahaman mereka.
1.4.a.4.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
"Back to Basic"
Awalnya saya ikut PGP bukan karena ingin mendapatkan penghargaan tertentu, tetapi karena saya ingin tahu dan hanya ikut-ikutan teman. Kemudian saya menikmatinya. Ada nilai-nilai positif yang saya pelajari, kemudian berdampak kepada diri saya. Saya merefleksi diri saya sendiri, mengingat kembali akan makna dari pendidikan itu sendiri. Istilah kerennya "Back to Basic". Kalau selama ini makna pendidikan terlupakan oleh target kurikulum dan target pengembangan diri, maka kita kembali kepada asal muasal pendidikan itu sendiri untuk kita bercermin apakah kita selama ini telah melakukan pendidikan seperti Filosofi Ki Hajar Dewantara? Atau sekedar menunggu tanggal satu tiap bulannya dan menghabiskan materi dengan hadir di kelas?
Saya adalah orang yang merasa perlu untuk menambah ilmu, saya merasa banyak yang belum saya pelajari. Jadi dalam suatu pelatihan saya selalu hadir hingga selesai pelatihan karena saya adalah pemelajar sepanjang hayat yang masih membutuhkan ilmu pengetahuan. Bila saya tidak tahu suatu ilmu saya merasa ada yang kurang, namun seiring usia, saya juga harus mengukur kemampuan saya. Dunia ini adalah lautan ilmu. Tidak akan cukup waktu untuk terus mengejar ilmu karena ada tugas dan tanggung jawab yang harus kita laksanakan sebagai seorang guru, seorang ibu, dan seorang anggota masyarakat.
Motivasi murid saya datang ke sekolah bermacam-macam. Sebagian kecil siswa datang ke sekolah untuk menuntut ilmu, banyak di antara siswa saya datang ke sekolah karena sekolah saya adalah sekolah favorit di wilayah timur Kabupaten Tulungagung. Beberapa siswa datang ke sekolah karena keinginan orang tua jadi mereka tidak ada niatan untuk belajar sama sekali. Belum ada kesadaran untuk belajar. Sebagian murid saya datang ke sekolah karena daya tarik lawan jenis. Penyemangat mereka adalah orang yang disukai di sekolah. Jadi motivasi belajar siswa ada yang karena gengsi, takut, karena seseorang, dan ada juga yang karena uang saku.
Strategi yang saya terapkan selama ini adalah; 1. memberi contoh untuk datang tepat waktu, 2. memberi contoh untuk semangat dalam belajar, 3. memberi motivasi dengan memberi nasehat dan mengajak diskusi, 4. selalu hadir di antara mereka, 5. memberikan teguran manis untuk siswa yang datang terlambat dan melanggar disiplin.
Disiplin belajar perlu dikuatkan untuk siswa saya karena pengaruh gadget telah merubah perilaku manusia. Pergeseran perilaku ini membuat semangat belajar semakin berkurang. Disiplin belajar yang dimaksud adalah; datang tepat waktu, tidak meninggalkan belajar saat jam pelajaran, mengerjakan tugas tepat waktu, mengerjakan PR tepat waktu, tidak melakukan hal lain saat belajar; seperti tidur atau bermain HP. Pada kenyataanya pada masa pembelajarn daring dan tatap muka terbatas pembelajarn menjadi lambat karena siswa juga lambat dalam mengerjakan tugas bahkan lalai dalam mengerjakan tugas.