Sabtu, 10 Desember 2022

Segitiga Restitusi

 

SEGITIGA RESTITUSI

Diane Gossen dalam  bukunya Restitution; Restructuring School Discipline, (2001) telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle.

VIDEO SEGITIGA RESTITUSI






Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita harus meyakinkan si anak, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini:

  • Berbuat salah itu tidak apa-apa.
  • Tidak ada manusia yang sempurna
  • Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
  • Kita bisa menyelesaikan ini.
  • Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
  • Kamu berhak merasa begitu.
  • Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?
Tentu akan sulit melakukan restitusi bila, anak yang berbuat salah terus berfokus pada kesalahannya. Ada 3 alasan untuk ini, pertama rasa bersalah menguras energi. Rasa bersalah membutuhkan energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk mencari penyelesaian masalah.  Kedua, ketika kita merasa bersalah, kita mengalami identitas kegagalan. Dalam kondisi ini, orang akan cenderung untuk menyalahkan orang lain atau mempertahankan diri, daripada mencari solusi. Ketiga, perasaan bersalah membuat kita terperangkap pada masa lalu dimana kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kita hanya bisa mengontrol apa yang akan terjadi di masa kini dan masa datang.

Sisi 2: Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehavior) 
Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu. Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan mengubah pandangannya dari teori stimulus response ke cara berpikir proaktif yang mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak yang terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu telah memenuhi kebutuhan anak tersebut. Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin terdengar asing buat guru, namun bila dikatakan dengan nada tanpa menghakimi akan memvalidasi kebutuhan mereka. 
• “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?” 
• “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu” 
• “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu”. 
• “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.” 


Restitusi tidak menyarankan guru bicara ke murid bahwa melanggar aturan adalah sikap yang baik, tapi dalam restitusi guru harus memahami alasannya, dan paham bahwa setiap orang pasti akan melakukan yang terbaik di waktu tertentu. Sebuah pelanggaran aturan seringkali memenuhi kebutuhan anak akan penguasaan/power walaupun seringkali bertabrakan dengan kebutuhan yang lain, yaitu kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima/love and belonging. Kalau kita tolak anak yang sedang berbuat salah, dia akan tetap menjadi bagian dari masalah, namun bila kita memahami alasannya melakukan sesuatu, maka dia akan merasa dipahami.

 Sisi Ketiga: Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief) 
Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau keluarga. 
• Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga? 
• Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
• Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal? 
• Kamu mau jadi orang yang seperti apa?






Lima Posisi Kontrol Guru

 Lima Posisi Kontrol

Lima Posisi Kontrol




Dianne Gossen


Teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol.

Kelima posisi kontrol tersebut adalah (1) Penghukum, (2) Pembuat Rasa Bersalah, (3) Teman, (4) Pemantau dan (5) Manajer.

Dr William Glasser


Penghukum

Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:

 

“Patuhi aturan saya, atau awas!”

“Kamu selalu saja salah!”

“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”

Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.

Penghukum (Nada suara tinggi, bahasa tubuh: mata melotot, dan jari menunjuk-nunjuk menghardik):

“Terlambat lagi, pasti terlambat lagi, selalu datang terlambat, kapan bisa datang tepat waktu?”

Tanyakan kepada diri Anda:

Bagaimana perasaan murid bila guru berbicara seperti itu pada saat muridnya datang terlambat?

Hasil:

Kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif. Bisa jadi sesudah kembali duduk, murid tersebut akan mencoret-coret bukunya atau meja tulisnya. Lebih buruk lagi, sepulang sekolah, murid melihat motor atau mobil bapak/ibu guru dan akan menggores kendaraan tersebut dengan paku.

SEGITIGA RESTITUSI

1.4.a.4.4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

 

1.4.a.4.4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

Saat ini orang yang paling penting dalam kehidupan saya adalah anak karena mereka berdua adalah masa depan saya.

Nilai kebajikan yang terpenting dalam kehidupan saya adalah saya dan anak saya bisa menjadi manusia berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Karakter yang paling saya inginkan adalah sabar. Saya bisa bersabar menghadapi cobaan apapun dan sabar dalam menghadapi siapapun termasuk siswa didik saya dan masyarakat sekitar, juga semua orang yang berhubungan dengan saya. Kehidupan semakin rumit, jalan keluarnya adalah sabar dan tawakal.

Pencapaian yang saya banggakan adalah saya berhasil menguasai suatu ilmu dan berguna bagi orang lain. Yang terpenting adalah saya bisa membuat anak-anak saya berguna bagi nusa bangsa dan agamanya.

Pekerjaan ideal bagi saya adalah guru. Namun guru juga harus bersabar. Sabar menghadapi siswanya, sabar menghadapi system. Sabar menunggu sertifikasi.

Titik puncak kehidupan saya adalah saat saya mendapatkan penghargaan guru berprestasi Kabupaten Tulungagung di tahun 2017 dan 2019. Juga saat saya menjalani pengimbasan Google Master Trainer tahun 2021.

Yang paling bermakna dalam hidup saya adalah saya bisa membuat ibu saya bangga dan bahagia. Namun itu semua sudah berakhir. Ibu saya sudah tidak ada.

LIMA POSISI KONTROL GURU

Jumat, 09 Desember 2022

JURNAL MINGGUAN AKSI NYATA 1.3.A.9 VISI GURU PENGGERAK

 Jum'at, 9 Desember 2022

Hari ini siswa saya mengikuti ujian akhir semester ganjil, hari ke-5. Mata pelajaran yang diujikan adalah Matematika. Siswa dengan tertib memasuki ruangan tepat waktu sesuai jadwal ujian. Untuk kelas IX ujian dimulai pukul 07.00 sampai 08.30. Sedangkan untuk kelas VII dan VIII siswa memasuli ruang ujian pukul 08.45 tepat. Siswa belajar dengan tertib di kelasnya.


Kesepakatan kelas yang dimulai sejak hari pertama Ujian Akhir Semester adalah siswa dilarang untuk membawa HP dalam ruang ujian dan ujian dilaksanakan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Siswa yang terlambat dan mengenakan seragam yang tidak sesuai mengikuti ujian di ruang guru.

Minggu, 11-12-2022
Hari ini semua siswa telah menyelesaikan ujian akhir semester ganjil tahun pelajaran 2022-2023. Kemarin, Sabtu, 10 Desember 2022 adalah hari terakhir ujian. Hari ini mereka mendapatkan libur sekolah. Kini giliran guru yang akan mengerjakan nilai mereka untuk kemudian dicetak dalam rapor. Guru pun memberikan contoh disiplin belajar. Guru tetap belajar di saat libur. Guru belajar dari LMS guru penggerak atau mengikuti workshop. Di tengah kesibukan mengerjakan nilai rapor, guru tetap belajar. Semangat tetap belajar dengan disiplin belajar.





Rabu, 07 Desember 2022

Jurnal Dwi Mingguan 7 Desember 2022

Jurnal Dwi Mingguan CGP 7

MODEL 2 (DEAL)

 Rabu, 7 Desember 2022

PDF

TRIK UNTUK YANG SUKA MEMBOLOS DI JAM PELAJARAN



 

Description:

 

Akhir-akhir ini siswa saya sering ijin dari kelas saat pembelajaran berlangsung. Ijinnya ke toilet, tetapi rame-rame ada 10 siswa. Ada guru lain yang melihat mereka ke kantin dan sarapan.

 

Examination:

Menurut saya, ini adalah gejala penurunan disiplin belajar siswa. Siswa menjadi tidak disiplin saat belajar di kelas dan meninggalkan kelas untuk makan di kantin. Selama ini saya sudah membuat mereka sibuk dengan banyak tugas, namun Bahasa Inggris adalah pelajaran mudah bagi sedikit siswa sehingga mereka menyelesaikan tugas (exercises) dalam waktu singkat sehingga mereka mempunyai waktu luang ebih untuk mengerjakan yang lain. Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang sulit bagi banyak siswa, sehingga mereka membutuhkan waktu lama untuk mengerjakan tugas. Ini menjadi ketimpangan yang menyebabkan murid menjadi tidak disiplin belajar.

 

Articulation of Learning:

 

Rencana saya saya akan membangkitkan kembali disiplin belajar mereka.Hal-hal yang akan saya lakukan adalah membentuk kelompok belajar dan meminta siswa saya untuk melakukan presentasi kelompok di depan kelas. Saya yakin ini akan membuat mereka cukup sibuk sehingga tidak ada kesempatan bagi mereka untuk keluar kelas saat pelajaran berlangsung.

Di lain waktu saya akan mengadakan tes lisan dengan menanyai anak satu per satu. Ini akan membuat mereka hafal dengan materi pelajaran dan saya juga bisa mengecek pemahaman mereka.

 


1.4.a.4.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal

 "Back to Basic"

Awalnya saya ikut PGP bukan karena ingin mendapatkan penghargaan tertentu, tetapi karena saya ingin tahu dan hanya ikut-ikutan teman. Kemudian saya menikmatinya. Ada nilai-nilai positif yang saya pelajari, kemudian berdampak kepada diri saya. Saya merefleksi diri saya sendiri, mengingat kembali akan makna dari pendidikan itu sendiri. Istilah kerennya "Back to Basic". Kalau selama ini makna pendidikan terlupakan oleh target kurikulum dan target pengembangan diri, maka kita kembali kepada asal muasal pendidikan itu sendiri untuk kita bercermin apakah kita selama ini telah melakukan pendidikan seperti Filosofi Ki Hajar Dewantara? Atau sekedar menunggu tanggal satu tiap bulannya dan menghabiskan materi dengan hadir di kelas?

Saya adalah orang yang merasa perlu untuk menambah ilmu, saya merasa banyak yang belum saya pelajari. Jadi dalam suatu pelatihan saya selalu hadir hingga selesai pelatihan karena saya adalah pemelajar sepanjang hayat yang masih membutuhkan ilmu pengetahuan. Bila saya tidak tahu suatu ilmu saya merasa ada yang kurang, namun seiring usia, saya juga harus mengukur kemampuan saya. Dunia ini adalah lautan ilmu. Tidak akan cukup waktu untuk terus mengejar ilmu karena ada tugas dan tanggung jawab yang harus kita laksanakan sebagai seorang guru, seorang ibu, dan seorang anggota masyarakat.

Motivasi murid saya datang ke sekolah bermacam-macam. Sebagian kecil siswa datang ke sekolah untuk menuntut ilmu, banyak di antara siswa saya datang ke sekolah karena sekolah saya adalah sekolah favorit di wilayah timur Kabupaten Tulungagung. Beberapa siswa datang ke sekolah karena keinginan orang tua jadi mereka tidak ada niatan untuk belajar sama sekali. Belum ada kesadaran untuk belajar. Sebagian murid saya datang ke sekolah karena daya tarik lawan jenis. Penyemangat mereka adalah orang yang disukai di sekolah. Jadi motivasi belajar siswa ada yang karena gengsi, takut, karena seseorang, dan ada juga yang karena uang saku.

Strategi yang saya terapkan selama ini adalah; 1. memberi contoh untuk datang tepat waktu, 2. memberi contoh untuk semangat dalam belajar, 3. memberi motivasi dengan memberi nasehat dan mengajak diskusi, 4. selalu hadir di antara mereka, 5. memberikan teguran manis untuk siswa yang datang terlambat dan melanggar disiplin.

Disiplin belajar perlu dikuatkan untuk siswa saya karena pengaruh gadget telah merubah perilaku manusia. Pergeseran perilaku ini membuat semangat belajar semakin berkurang. Disiplin belajar yang dimaksud adalah; datang tepat waktu, tidak meninggalkan belajar saat jam pelajaran, mengerjakan tugas tepat waktu, mengerjakan PR tepat waktu, tidak melakukan hal lain saat belajar; seperti tidur atau bermain HP. Pada kenyataanya pada masa pembelajarn daring dan tatap muka terbatas pembelajarn menjadi lambat karena siswa juga lambat dalam mengerjakan tugas bahkan lalai dalam mengerjakan tugas.